Rabu, 19 November 2008

Hujan, Bebaskan Aku

Sajak T.WIJAYA

Hujan. Tahukah, tidak ada yang mampu mengubah warnanya. Dalam kenangan itu, ilmu pengetahuan dikalahkan romantisme segenggam ludah di dada.
Hujan. Dia pergi bersama kekasih, yang tiap rindu merampas napasnya. Dia setia duduk di teras umur itu. Cahaya terus membuat bayangannya. Membesar. Hujan.
Aku rindu hujan, yang liar membuat sungai di kepala kanak-kanakku. Aku rindu hujan, yang putus-putus menyambungkan gerbong-gerbong kereta api mimpiku: Bertemu Tuhan, protes kenapa padang pasir.
Angin hanya gagal menghubungkan kebanggaan pada hujan. Melahirkan telapak tangan pucat beku mengacak-acak tubuh agar hati-hati menyambut hujan di bumi. Dia membuat rumah, pondok, halte, cafe, hingga payung.
Hujan, bebaskan aku. Mari menikah sore ini. Hujan bebaskan aku. Pesta. Pesta. Lumpur. Lumpur. Pesta. Lumpur.

2008

2 komentar:

Ali Asnawi mengatakan...

aslkm, po kbr kak TW? guruku dan inspirasi buatku!.

ma'afkan salahku selama ini! semoga kk dan keluarga sehat.

salam,
Ali

T. Wijaya mengatakan...

hahahaha..semua manusia pasti punya salah, kakak juga minta maaf. kakak juga doakan kau dan keluargamu, kekasihmu, sehat selalu.

Video MUSI MENGALIR

Slide Keluarga