Kamis, 25 Desember 2008

Natal, Isa Kehilangan Sepatu

Oleh T. WIJAYA

Natal datang seperti yang lainnya. Semua memuja. Di bawah kelembaban kolong rumah panggung dan rasa lapar yang penakut, Isa telah kehilangan sepatu. Kakinya berdarah menemui janda itu. Isa menyusup dari jendela, yang tabirnya dipenuhi dahak berdarah janda itu.
Isa, aku tetap cinta padamu, biarlah sepatu itu membakar mereka berabad-abad yang sakit, bisiknya. Sesak lepas sekian detik.
Natal menari seperti yang lainnya. Mereka menari, meskipun tiang jembatan Ampera menusuk bulan. Bulan menyusul, dia berdarah seperti Isa dan janda itu.
Isa terus menemui janda itu. Kakinya terus berdarah. Jutaan kilometer dia berjalan. Menembus padang pasir yang tumbuh di dada para pencuri sepatu.
Tuhan, mengapa tidak Kau gergaji tanganku?
Isa terus berjalan. Dia menemui janda itu. Kakinya terus berdarah. Di puncak Dempo, dia menguburkan jasad janda itu. Tak ada hujan semanis itu. Burung-burung bernyanyi.
Tuhan, mengapa Kau biarkan kami hidup abadi?
Isa terus berjalan. Muhammad menangis. Kami menangis. Semua menangis. Darah terus mengucur dari telapak kakinya, hingga ke jari-jari para malaikat. Mereka pun menangis. Tuhan, mengapa kami harus mengenakan sepatu?

2008

0 komentar:

Video MUSI MENGALIR

Slide Keluarga