Minggu, 18 Januari 2009

Sajak T.Wijaya

Aku lelaki yang mencintai perempuan. Tidur dan minta disuapi nasi dari tangan perempuan. Hanya setiap bangun tidur, aku diam-diam membuat benteng. Mimpiku melulu mencintai banyak perempuan. Di ranjang, aku paling akhir yang tidur.
Perempuanku mulai tua dan penuh kecemasan. Dia selalu memeriksa sepatuku. Meskipun aku mengatakan tubuhmu tidak terlalu gemuk. Perempuanku mulai tua dan penuh kemarahan. Dia selalu merobek pakaiannya. Meskipun aku mengatakannya, warnanya tidak begitu kusam.
Aku lelaki yang lahir dari rahim perempuan. Berlari dan minta diperhatikan perempuan. Setiap mampir di warung kopi, aku membangun banyak keluarga. Mimpiku melulu punya selusin anak. Di semester akhir sekolah anak-anakku, aku paling takut pergi ke sekolah.
Aku bersembunyi dalam pertemuan-pertemuan sesama lelaki.
Aku lelaki yang mencintai perempuan. Aku selalu berlari bersama mimpiku. Aku lelaki yang lahir dari rahim perempuan.. Aku selalu berlari bersama mimpiku.

2008

Jumat, 09 Januari 2009

Oleh T. WIJAYA

Saat dilahirkan, 200 juta anak-anak marah terhadap sejarah. Lahir dari rahim dan vagina yang dipaksa. Bayang-bayang melayang dalam imajinasi kemenangan.
Di taman kota yang terbakar, mereka pandai menghitung senjata. Seperti hidup harus merusak bunga, dan menggergaji dada.
Mereka tidak dapat pulang. Selalu pergi menyapa kota dengan kemarahan. Dor! Dor! Peluru dari senjata anak-anak melintasi meja diskusi kita. Kita penuh kecemasan, tapi selalu memaksa mereka lahir sebagai kemarahan.
Menjelang dewasa, tanpa dididik mereka membakar taman kota. Gesit membangun parit buat mengalirkan darah musuh-musuhnya. Menjelang dewasa, tanpa dididik mereka melilitkan bom di tubuhnya. Mati sebagai berita yang menghentikan lintasan iklan, meskipun hanya dua menit. Menandai sejarah dalam orasi para orangtua mengenai keyakinan. Keyakinan tidak semua manusia masuk surga. Entahlah. Kuharap anak-anakku tetap menangis hingga dewasa.

2008

Video MUSI MENGALIR

Slide Keluarga