Minggu, 15 Februari 2009

Pemilu Indonesia 2009

Sajak T.WIJAYA

Pemilu Indonesia 2009, orang-orang kian asing. Memilih bukan pilihan. Melulu orang asing menulis surat kepada partai politik. Isinya tentang kami menjadi pengemis. Berbaris sakit di sepanjang gang dan anak sungai: Beras lima kilogram atau uang buat membangun masjid.

Pemilu Indonesia 2009, kami terkagum dengan Obama. Dia seperti nabi yang lahir dari meja redaksi media massa. Menidurkan beberapa menit pemain sepakbola di televisi.

Tetapi, petani yang menyerupai ikan-ikan rawa masih berharap seperti burung. Bebas menyemaikan padi hingga rumah menjadi batu pualam. Mengusir orang asing yang memberi gaji pada partai politik.

Mungkinkah mempertahankan harapan dengan membuang lima kilogram beras? Soekarno dan Soeharto sesungguhnya luka yang memberi candu.

Tetapi, buruh yang menyerupai lipas-lipas tanah masih berharap menjadi buruh. Bebas membungkus makanan instan dalam jam-jam kebahagiaan, kemudian membunuh orang asing menikahi pemilik pabrik.

Mungkinkah mempertahankan harapan dengan membuang uang buat membangun masjid? Obama semacam candu abad pertengahan di nusantara.

Pemilu Indonesia 2009, televisi panik, koran panik, jalanan panik. Tetangga, saudara, teman, ayah dan ibu, kian menjadi asing. Maka kupilih keasingan yang ditakutkan Obama.

2009

2009

0 komentar:

Video MUSI MENGALIR

Slide Keluarga