Minggu, 15 Februari 2009
Sajak T. WIJAYA
Aku lapar berulang-ulang di rumah makan. Tidak seperti yang kau bayangkan. Dia selalu datang. Menatapku, tapi tidak mencintaiku. Dia memberi hari esok, yang kubenci, seperti aroma dapur rumah ibu. Orang-orang menatap kami meskipun matanya harus menyeberangi sungai dipenuhi amoniak. Lalu orang-orang mati, menghantam dinding rumah makan. Sesungguhnya mereka mati berulang-ulang.
Aku lapar berulang-ulang. Merobek, menghisap, memakan, dan tidak pernah memuntahkan janin-janinku. Dia setia datang. Menciumku, tapi tidak mencintaiku. Leherku penuh kunyahan ikan yang tidak halus. Mulutnya membuatku tidak pernah berhenti mengunjungi rumah makan. Lalu perahu tongkang merampasku, membanting tubuhku bersama ikan-ikan dari laut sampai pagi merobek lambungku, yang lapar berulang-ulang.
2009
0 komentar:
Posting Komentar