Jumat, 13 Juni 2008

Awak Terus Berlari, Tetap Batu Ternate






T. WIJAYA
Awak Terus Berlari, Tetap Batu Ternate

Awak terus berlari. Meskipun lagu-lagu kecemasan telah mencibit telingamu. Memang, kita adalah debu yang ingin angin segera berlalu. Kita adalah debu yang menanti setetes air. Sumpah dengan satu stel jas abu-abu! Tuhan ingin tangisan yang melekatkan kasih. Awak tak mungkin meninggalkan Ternate, Surabaya dan Palembang.

Bila di ponsel, aku cuma tahu batu. Aku cuma tahu batu. Maafkan seperti seiris daging kerbau tidak enak dikunyah. Aku cuma tahu batu. Sombongku menggergaji batu. Mengusap kecemasan-kecemasan yang berdesakan di bus-bus kota dan sepeda motor buatan Cina. Tuhan! Jangan bakar serbuk-serbuk batu itu, hanya itu doa kemiskinan.

Musim sudah seperti sebelumnya. Awak terus berlari, tetap batu Ternate. Bunga bukan di antara tumpukan berita dan gambar-gambar penuh kebohongan. Bunga adalah tarian mereka yang kehilangan peta sungai di Palembang. Di ketiak kita, mereka mencoba mengharumkan kerinduan kita pada anak-anak yang tidak peduli sejarah kemenangan itu. Awak terus berlari, tetap batu Ternate. Maafkan seperti seiris bawang goreng yang gosong, sombongku menggergaji batu. Tuhan menunggu dengan tiupan. Mungkin kita melekat dalam air mata surga.

2006

1 komentar:

undetect mengatakan...

oky keberhasilan persekutuan nusantar memang telah ada sejak jaman dulu..... saat sultan baabbulah sultan kerajaan ternate..menyatakan perang terhadap portugis...salah satu buktinya... tapi memang sejarah ternate hanya sebuah batu kerikil dirumah merah putih kita.....jhahahhaha

Video MUSI MENGALIR

Slide Keluarga