Sabtu, 07 Juni 2008
T. WIJAYA Bel Berbunyi. Kita Bercerai. Di rawa-rawa aku menikahimu. 30 menit setelah kita dapat membaca. Guru-guru itu tidak mampu mengurusi anak-anaknya. Buntinglah, sayang. Bunting bagai aroma asam, di tengah terik matahari, yang membuat ikan-ikan sepat di kolam itu bersembunyi di bawah rerumputan. Tuhan tidak mengajari kita bercinta. Guru-guru itu yang lupa memberikan kondom. Mari bersekutu dengan sepat, tiupmu. Aku menikahimu. Pondok di belakang gedung sekolah, yang kita tiduri masih menyisahkan buku-buku bantuan presiden. Buku-buku yang membangun Amerika tumbuh di dadamu. Dadamu seluas badan pesawat terbang yang tak henti mengelilingi mimpi kita. Bel berbunyi. Guru-guru seperti kambing yang makan daun ubi. Mutar-mutar mencari sepatu. Berteriak-teriak di dalam kamar mandi. Bel berbunyi. Kita cemas. Semua siswa berlari ke rawa-rawa. Menemui para leluhurnya. Bel berbunyi. Kita bercerai. Sayang, tolong kirim anakku melalui guru matematika. 2008 |
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
puisi yg sangat.....unik....
Posting Komentar